STOP PERUNDUNGAN : STAND UP, STAND STRONG, STAND TOGETHER (Masdum Ibrahim)

Hampir setiap hari kita melihat dan mendengar berita  tentang Bullying/ perundungan dari berbagai media. Kita dapat mengidentifikasi bullying melalui tiga karakteristik berikut: disengaja (untuk menyakiti), terjadi secara berulang-ulang, dan ada perbedaan kekuasaan. Seorang pelaku bullying memang bermaksud menyebabkan rasa sakit pada korbannya, baik menyakiti fisik atau kata-kata atau perilaku yang menyakitkan, dan melakukannya berulang kali. Anak laki-laki lebih mungkin mengalami bullying fisik, sedangkan anak perempuan lebih mungkin mengalami bullying secara psikologis, walaupun jenis keduanya tentu cenderung saling berhubungan.

Anak-anak yang paling rentan menghadapi risiko lebih tinggi untuk di-bully seringkali adalah anak-anak yang berasal dari masyarakat yang terpinggirkan, anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah, anak-anak dengan penampilan atau ukuran tubuh yang berbeda, anak-anak penyandang disabilitas, atau anak-anak migran dan pengungsi.

Bullying dapat terjadi baik secara langsung atau online. Cyberbullying sering terjadi melalui media sosial, SMS / teks atau pesan instan, email, atau platform online tempat anak-anak berinteraksi. Orang tua mungkin tidak selalu mengikuti apa yang dilakukan anak-anak mereka di platform ini, sehingga sulit untuk mengetahui kapan anak sedang terpengaruh.

Bullying memiliki dampak  sebagai berikut, pada Korban: Depresi dan marah, rendahnya tingkat kehadiran dan rendahnya prestasi akademik siswa, menurunnya skor tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan analisis siswa. Pelaku: Akan beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan terhadap keadaan. Jika dibiarkan terus menerus tanpa intervensi, dapat menyebabkan terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal lainnya. Siswa lain yang menyaksikan (bystanders): Jika dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka para siswa lain yang menjadi penonton dapat berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial Sekolah: Turunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi pendidikan, sekolah mengalami kesulitan mendapatkan siswa baru karena reputasi yang negatif. Homeschooling menjadi alternatif kuat.

Pelaku bullying biasanya juga merupakan korban. Mereka melakukan bullying sebagai ajang balas dendam. Korban bullying biasanya siswa yang dianggap berbeda dan tidak cukup memiliki kepercayaan diri serta keterampilan interpersonal yang optimal. Keluarga permisif terhadap perilaku kekerasan, yang ditunjukkan dengan orangtua yang sering bertengkar dan melakukan Tindakan yang agresif, serta tidak mampu memberikan pengasuhan yang baik. Teman sebaya yang menjadi penonton yang secara tidak langsung membantu pelaku bullying memperoleh dukungan. Manajemen dan pengawasan disiplin sekolah yang lemah juga mengakibatkan munculnya bullying di sekolah. Media massa sering menampilkan adegan kekerasan yang juga mempengaruhi tingkah laku kekerasan anak dan remaja

Bullying dapat dicegah dengan cara : Stand Up, Stand Strong, Stand Together.  Untuk Anak ajari anak tentang bullying. Begitu mereka tahu, anak akan dapat mengidentifikasinya dengan lebih mudah, apakah itu terjadi pada mereka atau orang lain. Bantu anak menjadi panutan positif. Bahkan jika anak-anak bukan korban, mereka dapat mencegah bullying dengan bersikap positif, hormat, dan baik kepada teman sebayanya. Dorong anak mengikuti kelas atau bergabung dengan kegiatan yang ia sukai di lingkungan atau di sekolahnya. Ini juga akan membantu membangun kepercayaan diri serta menambah teman dengan minat yang sama.

 Bagi Keluarga bicaralah secara terbuka dan sering kepada anak. Semakin sering Anda berbicara tentang bullying, semakin nyaman mereka menginformasikan jika mereka melihat atau mengalaminya. Tunjukkan pada anak Anda bagaimana memperlakukan anak-anak lain dan orang dewasa dengan kebaikan dan rasa hormat, serta melakukan hal yang sama kepada orang-orang di sekitar Anda. Jadilah bagian dari pengalaman daring mereka. Biasakan diri Anda dengan platform yang digunakan anak Anda, jelaskan kepada anak Anda bagaimana dunia daring dan dunia luring terhubung. Peringatkan mereka tentang berbagai risiko yang akan mereka hadapi.

Bagi Sekolah : Membangun komunikasi efektif antara guru dan murid. Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif. Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite sekolah. Menyediakan bantuan kepada siswa yang menjadi korban bullying. Merancang program komprehensif terkait dengan ANTI BULLYING. Diantaranya adalah kebijakan, edukasi dan penanganan.

Adapun penanganan bullying bagi korban adalah Dengarkan secara tenang dan terbuka. Tunjukkan empati dan kepercayaan. Bicarakan dengan pihak terkait. Jika Anda guru, informasikan kepada orangtua. Jika Anda orangtua, bicarakan dengan guru. Sedangkan bagi pelaku beri kesempatan mereka menjelaskan perilakunya. Gunakan ketegasan bukan kekerasan. Beri konsekuensi dan peluang untuk mereka memperbaiki diri. 




 

Post a Comment

0 Comments