Gelar kreativitas ISBI bandung gelar pentaskan lakon Pangeran Sunten Jaya

 

Onetunejabar.com Bandung -  Pementasan lakon Pangeran Sunten Jaya karya Saini KM pada Gelar Kreativitas 2024 oleh Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.

Pertunjukan ini merupakan penghormatan atas akar dan ketokohan Saini KM dalam jagat teater Indonesia, yang diselenggarakan pada 24-25 Oktober di GK Sunan Ambu ISBI Bandung Jl. Buah Batu No.212, Kel Cijagra, Kec. Lengkong, Kota Bandung.

Pada kesempatanya usai pagelaran, Rektor ISBI Bandung Dr. Retno Dwimarwati, S. Sen., M. Hum juga ikut dalam memerankan salah satu lakon dalam pertunjukan tersebut yang didampingi Fathul A. Husein selaku sutradara pangeran sunten jaya mengatakan, “Ketika kita tampil pada posisi atau lakon apapun, kalau itu adalah panggilan hidup kita untuk akting saya kira harus tetap berekspresi “,ujarnya.

Kemudian yang paling kita lihat dari naskah ini, pak Saini KM adalah tokoh untuk ISBI Bandung atau ASTI / STSI pada waktu itu, jadi saya kira ketokohan pak Saini ini luar biasa dan ketika semua karya-karya Pak Saini bisa kita analisis kembali ternyata nilai-nilai kesundaan itu disana sangat kuat”,jelasnya.

Masih kata Retno Dwimarwati, “Pada pertunjukan ini walaupun judulnya Pangeran Sunten Jaya tapi ternyatakan Sunten Jaya adalah protagonis yang negatif karena yang punya itikad dan sebagainya sebetulnya dari Sunten Jaya jadi protagonisnya adalah Sunten Jaya tapi memperlihatkan bahwa yang negatif dari Sunten Jaya itu bisa kalah oleh keluhuran budi yang pasrah betul bahwa ini sebagai tugas, ini sebagai kewajiban, ini sebagai apa yang di inginkan oleh sangyang, jadi tuhan di atas tanah itu sudah menggariskan seseorang , bahwa seseorang itu harus berjuang untuk mendapatkan yang terbaik, saya kira begitu yang dalam naskah ini”,tuturnya.

 Lakon ini menggambarkan perjalanan spiritual berliku seorang manusia mencapai ‘Jabaning Langit’ (Ilahi) yang disimbolkan dengan ‘penemuan kesejatian diri’ melalui ‘Lalayang Salaka Domas’.

Sosok manusia itu adalah Mundinglaya Dikusumah, sang putra mahkota Prabu Siliwangi dan Nyai Padmawati, istri Prabu yang bukan Ratu.

Mundinglaya adalah manusia pilihan ‘Kahyangan’, ‘Buana Nyungcung’ dan Sanghyang Tunggal juga Sunan Ambu yang harus berhadapan dengan peringkat-peringkat tantangan, godaan, dan rintangan maha dahsyat menuju kesejatian diri.

Tak terkecuali harus berhadapan (dan menjadi korban fitnah) dari sosok-sosok bejat, terutama Sunten Jaya dan Ratu Tejamantri, yang sepenuhnya dilumuri oleh ambisi dan hasrat buta kuasa duniawi yang materialistik dan anti-spiritualitas.


 Konsep Pertunjukan Lakon Pangeran Sunten Jaya

Genre pada pertunjukan Lakon Pangeran Sunten Jaya kali ini menggunakan pendekatan konseptual ‘kontemporer’, yaitu mengambil bagian-bagian inti teks atau lakon, hanya sepertiga lakon.

Pertunjukan yang disutradarai Fathul A. Husein ini mengusung kekuatan dramatik dan kedalaman filosofi (kearifan lokal) yang terkandung di dalamnya.

Keduanya terpadu dengan simbolisasi gerak/tari/tubuh, pencak-silat, rupa (visual), dan sensitivitas musikal ‘auratik’ dan senandung (tembang).

Sementara itu, karakter (tokoh dramatik) yang dimainkan hanya karakter-karakter tertentu saja yang paling dianggap merepresentasikan esensi tema dan peristiwa dramatik lakon dan sekaligus menggulirkan plot dan cerita.

Karakter yang ditampilkan hanya sepertiga dari 36 karakter definitif plus sebarisan prajurit, para pengiring, makhluk-makhluk ‘dunia langit’, makhluk-makhluk ‘dunia bawah/kelam’, dan lain-lain, sebagaimana tertulis dalam lakon.

 

Post a Comment

0 Comments