Gerakan Rereongan Sapoe Sarebu (Poe Ibu)
Onetunejabar.com
- LEMBANG – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, meluncurkan gebrakan baru
melalui Gerakan Rereongan Sapoe Sarebu (Poe Ibu) per 1 Oktober 2025. Program
ini mengajak ASN, siswa sekolah, dan masyarakat untuk berdonasi Rp1.000 per
hari guna membantu warga yang membutuhkan.
Di
SMAN 2 Lembang, program ini disambut antusias oleh siswa, salah satunya Disty
Aulia Setiawati, yang melihat inisiatif ini sebagai wujud keikhlasan berbagi.
Menurut Disty, siswa SMAN 2 Lembang, program Sapoe Sarebu tidak memberatkan.
“Insyaallah
tidak memberatkan. Ini kan diminta dengan keikhlasan, untuk kebaikan bersama,
juga amal di akhirat,” kata siswa Kelas X ini, Rabu, 22 Oktober 2025.
Ia menambahkan, program ini mendapat dukungan
penuh dari orang tua dan teman-temannya. “Alhamdulillah, di kelas berjalan
lancar. Kadang ada yang menyumbang lebih dari Rp1.000, seperti saya pernah beri
di atas Rp2.000,” ungkap Disty.
Disty,
yang tinggal di Cibodas, mengaku menghabiskan Rp40.000 per hari untuk bekal ke
sekolah. Dari jumlah itu Disty rinci Rp25.000 untuk transportasi ojek
pulang-pergi dari sekolah dan Rp15.000 untuk jajan. Meski begitu, dia tetap
rutin menyisihkan Rp1.000 untuk donasi. “Kalau punya rezeki lebih, kita harus
saling membantu,” katanya.
Siswa dan Siswi SMAN 2 Lembang
Selain
Sapoe Sarebu, SMAN 2 Lembang juga memiliki program infak umrah yang sudah
berjalan sejak lama. Program ini mewajibkan siswa menyumbang Rp1.000 per hari
untuk mendukung siswa penghafal Alquran agar bisa berumrah. “Infak umrah sudah
dijalankan sejak saya masuk sekolah. Uangnya dikoordinasikan bendahara kelas
dan diserahkan ke komite,” jelas Disty.
Dengan
adanya Sapoe Sarebu, siswa kini berkontribusi pada dua program donasi. Meski
awalnya infak umrah lebih dikenal, Sapoe Sarebu mulai disosialisasikan oleh
OSIS. “Jadi sekarang bayar infak umrah dan Sapoe Sarebu, tapi tetap tidak
memberatkan,” tambah Disty.
Siswa
lainnya Airlangga Ksatria Dharma Sunda Kusuma mengaku, program Sapoe Sarebu
bukan hanya soal donasi, tetapi juga pembelajaran berharga. “Sangat berguna.
Selain untuk infak, ini mengajarkan kami untuk berbagi dan menyisihkan rezeki.
Ini juga bermanfaat untuk masa depan kami,” ujarnya.
Airlangga
menilai pengelolaan program ini berjalan sangat baik, dengan koordinasi yang
rapi oleh OSIS dan bendahara kelas. Secara teknis, pengumpulan donasi tidak
dilakukan secara kaku. “Kadang dikumpulkan saat istirahat atau pagi sebelum
belajar. Petugas OSIS datang ke kelas dengan kotak donasi,” jelas Airlangga.
Ia
sendiri kerap menyumbang lebih dari Rp1.000, bahkan hingga Rp2.000, termasuk
untuk program infak umrah yang sudah berjalan lama di SMAN 2 Lembang. Dengan
bekal harian Rp20.000, yang sebagian digunakan untuk transportasi seperti
angkot atau ojek, Airlangga tetap konsisten berdonasi. “Kalau orang tua ada di
rumah, kadang diantar. Tapi kalau tidak, saya naik transportasi umum,”
ungkapnya.
Dia
menegaskan, menyisihkan Rp1.000 hingga Rp2.000 per hari tidak memberatkan,
melainkan menjadi kebiasaan positif.
Dulhamin Arif - Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas
SMAN 2 Lembang Sukses Kolaborasikan Sapoe Sarebu dengan Infak UmrahWakil
Kepala Sekolah Bidang Humas, Dulhamin Arif menjelaskan, bahwa sekolah langsung
menggelar sosialisasi tiga hari pasca-edaran kepada guru, staf tata usaha, dan
siswa untuk memastikan program donasi Rp1.000 per hari ini berjalan lancar. “Program
ini selaras dengan nilai yang sudah kami jalankan sejak 2018 melalui infak
umrah, di mana siswa menyisihkan Rp1.000 per hari untuk mendukung siswa dan
guru penghafal Alquran berangkat umrah,” ujar Dulhamin.
Dia
memaparkan, SMAN 2 Lembang mengkolaborasikan Sapoe Sarebu dengan infak umrah
tanpa membebani siswa. “Jadi siswa berdonasi Sapoe Sarebu sekaligus berinfak
umrah. Semua sukarela, tidak wajib, agar tidak jadi beban,” tegasnya.
Pengelolaan
donasi Sapoe Sarebu dilakukan secara transparan dengan kotak koin (kenceleng)
yang dikelilingkan setiap hari di kalangan guru dan ditempatkan di area umum
untuk siswa. “Kami hindari paksaan. Kotak diletakkan di tempat strategis, siapa
saja bisa menyumbang secara sukarela,” kata Dulhamin.
Dana
Sapoe Sarebu dikelola sekolah melalui rekening khusus, tanpa disetorkan ke
pemerintah provinsi, dan diperuntukkan bagi siswa kurang mampu, seperti untuk
biaya transportasi, jajan, atau kebutuhan sekolah seperti sepatu.
Berdasarkan
data PPDB, SMAN 2 Lembang memiliki 71 siswa dengan SKTM, 31 siswa PAPS, dan
satu siswa dengan SKTM ekstrem, yang menjadi prioritas penerima bantuan. “Minggu
depan, wali kelas akan melaporkan kondisi riil siswa untuk memastikan bantuan
tepat sasaran,” ungkap Dulhamin.
Total
dana yang terkumpul belum dihitung karena program baru dimulai Senin, 13
Oktober 2025 lalu. Namun akan dikalkulasi akhir pekan ini. Dulhamin menegaskan,
program ini tidak menemui penolakan dari siswa maupun orang tua. “Alhamdulillah,
sosialisasi diterima baik. Program infak umrah sudah jadi budaya di sini, jadi
Sapoe Sarebu tinggal dikolaborasikan,” ujarnya.
Sejak
2018, infak umrah telah memberangkatkan tiga siswa dan satu guru setiap tahun,
kecuali saat pandemi COVID-19, di mana keberangkatan digabung pada 2021-2022
dengan total 10-12 orang.
Dengan
pengelolaan transparan dan semangat sukarela, SMAN 2 Lembang menjadi contoh
sukses implementasi Sapoe Sarebu. Program ini tidak hanya membantu siswa kurang
mampu, tetapi juga memperkuat nilai gotong royong dan keikhlasan di kalangan
warga sekolah.
Kepala
Sekolah, Ernawati, S.Pd., M.Pd., menegaskan bahwa program donasi Rp1.000 per
hari ini bukan sekadar pengumpulan dana, melainkan upaya membangkitkan semangat
gotong royong dan kesetiakawanan sosial. “Seribu rupiah mungkin kecil, tapi
jika dilakukan bersama-sama secara konsisten, ini menjadi kekuatan kolektif
yang luar biasa,” ujar Ernawati.
Ia
menekankan bahwa Sapoe Sarebu adalah pendidikan karakter bagi siswa, guru,
tenaga kependidikan, orang tua, dan seluruh pemangku kepentingan di SMAN 2
Lembang. “Program ini harus melebur dalam setiap pribadi, menjadikan lima pilar
Panca Waluya bukan sekadar slogan, tetapi perilaku yang melekat sebagai
identitas warga Jawa Barat yang istimewa,” tambahnya.
SMAN
2 Lembang berkomitmen menjalankan program ini dengan penuh konsistensi. “Motivasi
kami adalah kebersamaan. Sisihkan seribu rupiah setiap hari sebagai kontribusi
sederhana dengan nilai kemanfaatan tinggi,” jelas Ernawati.
Program
ini tidak hanya membantu warga yang membutuhkan, tetapi juga memperkuat jati
diri komunitas sekolah sebagai bagian dari Jawa Barat yang berbudaya gotong
royong.


.jpeg)


0 Comments