Akhir tahun 2019 merupakan awal dari perubahan besar yang dilakukan di hampir seluruh negara di dunia. Hal tersebut disebabkan karena merebaknya virus Corona yang belakangan ini dikenal dengan sebutan COVID-19. Virus tersebut menyerang sistem pernapasan manusia, mulai dari yang tanpa gejala, sedang, hingga menunjukkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Penyebaran virus inipun melalui droplets atau melalui cairan yang dikeluarkan hidung manusia saat bersin dan mulut pada saat berbicara. Droplets tersebut bisa saja ada pada barang yang telah disentuh oleh orang yang telah terkontaminasi lalu kemudian disentuh lagi oleh orang lain. Karena perpindahan virus yang sangat mudah, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk membatasi aktivitas manusia. Pembatasan ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya kontak fisik yang memicu terjadinya penularan.
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tentunya berdampak di berbagai sektor kehidupan manusia. “Siapapun kena” kalau kata orang–orang. Mulai dari kegiatan keagamaan, pengusaha, pedagang, buruh hingga guru ikut terdampak pada kebijakan ini. Tiap–tiap elemen masyarakat tersebut mulai membatasi diri dalam melakukan aktivitas. Bahkan ada yang tidak menjalankan usahanya sama sekali. Lalu bagaimana guru-guru menghadapi ini?
Perubahan sistem pendidikan secara tiba-tiba ini membuat guru-guru kelabakan karena tidak memiliki persiapan sama sekali. Mereka dituntut untuk mampu mengelola kelas, serta menyampaikan materi seefektif mungkin dengan cara yang tidak biasa mereka lakukan. Selain itu, mereka juga harus melaksanakan kegiatan absensi, asesmen, berdiskusi dengan siswa yang semuanya harus dilakukan secara online. Hal tersebut memicu banyak kendala pada saat proses pelaksanaannya. Adapun kendala-kendala yang dihadapi adalah (1) terbatasnya kemampuan teknologi baik bagi guru ataupun siswa, (2) kuota internet yang terbatas (3) sumber belajar yang kurang, (4) komunikasi yang lemah, dan (5) rendahnya motivasi siswa dalam belajar.
Berdasarkan kendala tersebut sebagian guru memilih jalan pintas, yaitu dengan memanfaatkan video di youtube. Guru hanya perlu mencocokkan materi dengan video-video di youtube kemudian merekomendasikannya ke siswa. Namun, penggunaan youtube juga memiliki kendala karena video di youtube tidak dapat dimengerti dengan mudah oleh siswa. Lagi pula video di youtube memiliki durasi yang beragam. Video dengan waktu penayangan yang lama dapat membuat siswa merasa bosan.
Kendala-kendala yang telah dipaparkan sebenarnya dapat diatasi apabila siswa dan guru memiliki persiapan untuk melakukan proses pembelajaran online. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan merancang sistem pembelajaran baru yang lebih mapan. Namun karena hal ini diminta untuk dilakukan secara tiba-tiba, maka guru harus dengan cepat beradaptasi untuk menciptakan suasana belajar yang tidak mengagetkan siswa. Salah satu fasilitas teknologi yang dapat digunakan adalah Learning Management System (LMS). Jenis teknologi ini dipilih berdasarkan kegunaannya yang dapat menampung semua hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Artinya guru dapat membuat suatu sistem yang didalamnya terdapat berbagai jenis ruang, misalkan absensi, daftar tugas, ruang diskusi, asesmen hingga feedback dari guru ataupun siswa. Penggunaannyapun sangat mudah dan lebih akurat dalam mencatat waktu siswa dalam mengisi absen ataupun mengumpulkan tugas. Lantas bagaimana cara membuatnya?
Pembuatan LMS juga terbilang mudah dan gratis. Guru-guru tidak perlu membeli hosting ataupun domain dan tidak perlu berurusan dengan bahasa pemrograman yang rumit. Website pembuatan LMS gratis ini juga terbilang banyak dan tutorial cara menggunakannya tersedia di youtube. Salah satunya adalah dengan mengunjungi situs https://gnomio.com. Gnomio merupakan layanan hosting gratis untuk moddle. Pada halaman muka guru-guru diminta untuk memasukkan nama situs yang akan mereka bagikan kepada siswa untuk diakses. Biasanya nama situs ini berkaitan dengan mata pelajaran ataupun materi yang sedang dipelajari. Setelah itu guru-guru mengisi alamat email dan password untuk mendapatkan akses dalam mengedit tampilan ataupun materi yang dimasukkan kedalam LMS. Jadi, prinsip kerjanya sesederhana itu.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan guru adalah kesesuaian materi yang akan dimasukkan dengan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa. Sehingga sebelum memulai pembuatan LMS, guru-guru sebaiknya merampungkan terlebih dahulu semua bahan yang akan dimasukkan. Dengan begitu, proses pembuatan LMS tidak akan memakan waktu yang sangat lama. Ketika LMS selesai dibuat maka akan siap digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran online yang harus dilakukan karena efek pandemi COVID-19.
Pembuatan LMS tidak hanya sekadar untuk membantu guru dalam mengelola kelas, melainkan dapat digunakan untuk melatih keterampilan abad 21 siswa. Menurut United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) terdapat enam domain dari keterampilan abad 21, yaitu (1) Berpikir kritis, (2) keterampilan interpersonal, (3) keterampilan intrapersonal (4) global citizenship (5) literasi media dan informasi (6) dan sikap menghormati. Salah satu kompetensi yang dapat diasah siswa dengan menggunakan LMS adalah dimensi kelima, yaitu literasi media dan informasi.
Keterampilan siswa dalam menggunakan media adalah modal yang harus dimiliki dalam mengelola informasi. Ketika siswa terbiasa menggunakan teknologi, maka mereka juga akan lebih mudah untuk mencari informasi melalui platform digital seiring dengan penggunaan LMS yang dikelola guru. Pada posisi ini, guru menyajikan pembelajaran yang memicu siswa untuk mencari informasi secara langsung. Skenario pembelajran ini dapat dimulai dengan guru yang meminta siswa untuk membuat gagasan dari penyelesaian suatu masalah. Tugas tersebut dipaparkan guru ke dalam LMS, sehingga hanya dengan membuka tab baru siswa dapat mengetikkan kata kunci dari permasalahan yang diberikan. Setelah itu muncul ribuan informasi tentang kata kunci tersebut. Pada saat siswa memilih situs mana saja yang menyajikan informasi yang paling memadai maka pada saat itulah keterampilan siswa dalam menggunakan media dan mencari informasi sedang diasah. Kebiasaan belajar dan berpikir kompleks seperti itu akan mengantarkan siswa untuk membentuk kebiasaan belajar yang efektif dan mandiri.
Permasalahan yang mengglobal ini menyadarkan setiap orang pentingnya memiliki kemampuan terhadap teknologi yang memadai. Penggunaan teknologi sedikit menolong dalam mempertahankan eksistensi dari usaha yang telah dibangun. Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa setiap guru sebaiknya dibekali dengan pengetahuan teknologi dibangku kuliah, meskipun latar belakang pendidikannya tidak berkaitan dengan teknologi. Selain itu, perubahan sistem ini tidak hanya dapat dipandang sebagai sebuah momok baru dalam dunia pendidikan, melainkan dapat dijadikan sebuah sarana untuk melatih dan memunculkan keterampilan abad 21 siswa
3 Comments
Penggunaan Learning Management System (LMS) Sangat cocok dan inovatif dalam pembelajaran dimasa pandemi
ReplyDeleteterima kasih
ReplyDeleteHatur nuhun infonya bu yayu..
ReplyDeleteSukses selalu