(Data hasil reset Disertasi di bawah bimbingan:
1.Prof. Dr. Phil Ari Widodo,M.Ed
2.Prof. Wawan Setiawan M.Pd.
3.Dr Siti Sriyanti M.Pd
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan antara guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Capaian dari pembelajaran biasanya dipaparkan oleh guru diawal atau pada pertemuan pertama. Hal tersebut dilakukan agar terciptanya transparansi penilaian dari guru dan siswa juga tahu harus bersikap seperti apa. Tujuan tersebut tidak hanya dinyatakan berupa angka saja, melainkan menjadi sebuah output berupa karakter bagi siswa. Output yang dimaksud juga tidak berupa emosional sikap, tetapi sebagai sebuah pola atau kebiasaan belajar yang baik.Oleh karena itu, siswa diharapkan memiliki sikap yang konsisten dalam menghadapi permasalahan belajar.
Masalah-masalah yang dihadirkan guru sebagai bahan untuk belajar sebaiknya memacu siswa untuk menemukan pola belajar yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka. Masalah yang dimaksud bukan lagi berupa soal yang memiliki jawaban diskrit atau pasti benar salahnya, melainkan masalah yang sifatnya lebih terbuka dan memancing siswa untuk memberikan beragam solusi. Pada posisi ini, guru hanya memfasilitasi siswa untuk mendapatkan akses informasi. Guru dapat memberikan rujukan-rujukan, seperti buku, artikel jurnal atau situs-situs tertentu. Selain itu, guru memberikan penilaian kepada setiap solusi yang ditawarkan oleh siswa. Penerapan pembelajaran berbasis masalah penting diberikan sedini mungkin, karena keterampilan pemecahan masalah merupakan bagian dari domain keterampilan abad 21. Artinya, seiring dengan berjalannya waktu keterampilan ini akan sangat berguna bagi siswa dan tentunya sangat berpengaruh terhadap kesuksesan belajar siswa.
Kesuksesan belajar dapat diraih dengan membentuk sikap-sikap yang mengarahkan siswa kepada kemampuan untuk menentukan strategi belajarnya sendiri. Sikap ini juga mengantarkan siswa pada kemandirian belajar yang efektif. Siswa tahu bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah dengan memberikan solusi yang paling memungkinkan. Proses pengajuan solusi tersebut merupakan hal yang dapat dibiasakan melalui pembelajaran berbasis masalah seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.
Sikap-sikap yang terbentuk dalam diri siswa bukan hanya peran dari guru dalam menyusun pembelajaran, melainkan sejauh mana partisipasi siswa dalam kegiatan tersebut. Partisipasi siswa di dalam kelas ditunjukkan dengan bagaimana mereka bersikap dan menunjukkan antusiasme. Apabila sikap-sikap tersebut mereka tunjukkan dengan konsisten, maka hal tersebut telah masuk ketahap selanjutnya, yakni menjadi sebuah kebiasaan belajar. Hasil penelitian Cakiroglu (2014) menunjukkan bahwa dua kebiaasaan belajar yang sangat menonjol adalah perencanaan dan konsentrasi. Perencanaan berkaitan dengan kemampuan siswa untuk mengornasisasi, menyusun langkah-langkah yang akan ditempuh yang disertai dengan determinasi yang kuat untuk melakukan hal-hal tersebut. Sedangkan konsentrasi berhubungan dengan perasaan dan cara berpikir siswa dalam belajar. Cara berpikir siswa tersebut secara khusus dibahas pada artikel ini, yang dalam penelitian ilmiah disebut dengan Habits of Mind.
Marzano dkk (1997) mengungkapkan bahwa Habits of Mind tercermin dalam tiga sikap yaitu Critical Thinking, Creative Thinking dan Self Regulation. Sikap-sikap tersebut biasanya disebut dengan sikap-sikap ilmiah, dimana peserta didik mampu menyelesaikan masalah dengan prosedur yang sistematis serta dapat dibuktikan kebenarannya. Critical thinking dapat diasah dengan memberikan penugasan yang sifatnya investigasi. Mereka akan melakukan observasi dengan melibat indra yang mereka punya untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya. Kemampuan siswa dalam berpikir kritis dapat mengantarkan mereka mereka meraih kesuksesan belajar dan mengembangkan sikap kepercayaan diri mereka. Sikap selanjutnya adalah creative thinking. Berpikir kreatif merupakan sikap siswa yang mampu membuat kombinasi baru berdasarkan data yang telah ada untuk menyelesaikan suatu masalah. Keterampilan ini penting untuk tetap diasah mengingat ada beberapa faktor yang memengaruhi pengembangan keterampilan kreatif siswa. Menurut Widiawati dkk (2019), faktor-faktor tersebut diantaranya adalah rasa malas, canggung untuk mengutarakan pendapat, kurangnya rasa ingin tahu dan kurangnya antusiasme siswa. Untuk mengatasi hal tersebut guru diharapkan mampu menyampaikan materi dengan bentuk yang lebih sederhana dan menarik, baik dari segi topik ataupun penyajiannya. Sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Kedua kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan baik apabila siswa memiliki sebuah kontrol yang baik dari dalam diri mereka. Kontrol tersebut mampu mengendalikan siswa dari hal-hal yang menurut mereka menyenangkan tetapi menghambat produktivitas belajar mereka. Kontrol yang berasal dari dalam diri itu disebut self regulation
Pengembangan Habits of Mind juga di pengaruhi oleh regulasi diri siswa. Kemampuan regulasi diri mencakup kemampuan dalam mengontrol, mengatur, merencanakan dan memonitor diri sendiri untuk mencapai sebuah tujuan (Nugraha & Suyadi, 2012). Siswa selaku individu memiliki kontrol penuh untuk mengatur sikap dan keputusan yang akan diambil. Kata yang paling mendekati dari regulasi diri ini adalah disiplin. Mengingat Habits of Mind adalah sebuah kebiasaan, maka butuh kedisiplinan untuk tetap menjalankan kegiatan secara konsisten. Regulasi diri dilatih tidak seperti dua keterampilan sebelumnya, justru pengembangan sikap ini tidak melalui penugasan melainkan motivasi yang kuat dari guru. Regulasi diri yang dimiliki peserta didik berdampak pada kemandirian mereka dalam belajar serta memelihara kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang telah dimiliki sebelumnya.i Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikikan Habits of Mind sangat penting bagi siswa terlebih dengan perkembangan teknologi yang mengharuskan setiap orang untuk memiliki kemampuan yang dapat digunakan dalam dunia kerja.
Perkembangan teknologi yang pesat membuat siswa memiliki banyak opsi dalam mengakses bahan belajar. Kemudahan dan beragamnya informasi yang diperoleh membuat siswa menjadi lebih produktif dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru. Oleh karena itu, tugas dan tanggung jawab guru bukan sekadar menyiapkan materi, namun mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan untuk mengelola informasi yang diperoleh dari platform digital .
Penggunaan teknologi digital dalam pembelajaran tidak hanya memberikan dampak positif pada proses pembelajran, melainkan memberikan dampak negative jika tidak digunakan dengan bijak. Kemudahan informasi untuk diperoleh dan disebar menjadi salah satu penyebab utama teknologi harus dibatasi penggunaanya. Apabila tidak bijak dalam mengelola informasi, maka siswa akan dengan mudah terpengaruh dengan berita yang belum tentu kebenarannya, atau belakangan ini disebut berita hoaks. Oleh karena itu literasi digital merupakan hal yang mendesak untuk dimiliki siswa.
Berdasarkan uraian sebelumnya, Keiasaan belajar peserta didik atau Habits of Mind memiliki kaitan dengan sikap siswa dalam mengelola informasi atau Digital age literacy. Pada abad 21 kedua hal ini sebaiknya dimiliki oleh siswa. Habits of Mind menentukan sikap siswa ketika menghadapi masalah, sedangkan Digital age literacy menentukan sikap siswa untuk mencari informasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan kebiasaan (Habits of Mind) literasi digital yang memungkinkan siswa untuk mampu mencari, mempelajari, menganalisis dan membandingkan temuan tersebut dengan sumber yang lain
Digital Habits of Mind yang selanjutnya disingkat Digital HoM merupakan sebuah kerangka pikir baru yang mewadahi kedua hal tersebut, yaitu Habits of Mind dan Digital Age Literacy. Kerangka ini penting untuk dijadikan acuan dalam pembelajaran abad 21. Digital HoM merupakan keterampilan literasi dalam menyelesaikan masalah yang tentunya membutuhkan proses berpikir yang kompleks. Dengan begitu siswa akan memiliki keterampilan bukan hanya mencari dan mengumpulkan informasi, melainkan mengolah informasi tersebut menjadi sebuah pengetahuan atau solusi dari permasalahan yang diberikan guru.
Potensi pengembangan kerangka ini sangatlah besar. Penelitian yang berkaitan dengan Digital HoM dapat dilakukan dengan mengkombinasikannya dengan beberapa metode pembelajaran, khususnya metode pemecahan masalah. Selain itu, Digital HoM sebaiknya tidak dimiliki oleh siswa saja, melainkan guru dan calon guru juga memiliki keterampilan ini. Mengingat bahwa pendidikan saat ini sangat terbantu dengan hadirnya teknologi, maka sebaiknya seluruh komponen pendidikan memiliki serta melatihkan keterampilan ini.
Digital HoM juga memiliki peluang untuk diteliti dan dikaitkan dengan variabel lain, seperti keterampilan peserta didik dalam mengomunikasikan hasil penelitian dalam bentuk artikel ilmiah. Proses penulisan artikel ilmiah dapat mereka lakukan dengan keterampilan literasi yang baik dan dipadukan dengan Habits of Mind yang membantu siswa merancang penyelesaian masalah dalam artikel tersebut. Dugaan sementara adalah ketika siswa memiliki Digital Habits of Mind mereka akan lebih mudah memperoleh informasi terkait topik yang mereka tulis dan menyelesaikan masalah terkait topik tersebut.
Pengembangan model pembelajaran yang dapat mengaktualisasikan Digital HoM sebaiknya dipikirkan pemerintah untuk dimasukkan kedalam kurikulum. Selain itu, lembaga-lembaga pendidikan calon guru juga memanfaatkan kerangka ini untuk memperoleh informasi terkait cara mengajar yang update dengan memanfaatkan teknologi.(Oc)
10 Comments
Assallammuallaikum bunda sangat bermanfaat sekali untuk para calon guru dalam era globalisasi abad 21 ini..👍👍
ReplyDeleteHatur nuhun informasinya sangat bermanfaat
ReplyDeleteSangat bermanfaat sekali untuk bekal calon guru ☺️
ReplyDeleteMantaft buDos.... insya Allah manfaat pisan.... tulisana sae pisan....
ReplyDeleteTerimakasih Bu Dr. Artikelnya sangat bermanfaat buat guru-guru disakola kami saya sudah share di group.
ReplyDeleteNice info.... Hatur nuhun bu... Sangat bermanfaat untuk mewujudkan pendidikan berkualitas
ReplyDeleteArtikel yang sangat bermanfaat.
ReplyDeleteKemampuan literasi siswa dalam mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan membandingkan suatu informasi secara digital merupakan keterampilan yang sangat diperlukan dalam pembelajaran abad 21.
Wahh menginspirasi sekali, saya jadi termotivasi untuk mengikuti saran yang diberikan
ReplyDeleteTerimakasih bunda informasi nya sangat bermanfaat
ReplyDeleteTerimakasih ibu. Bermanfaat sekali, Insyaallah selalu ada inovasi untuk pendidikan yang lebih baik, menjadikan manusia sesuai dengan fitrahnya
ReplyDelete